tag:blogger.com,1999:blog-17413486975720005792010-03-07T11:09:33.411+07:00TENTANG PENDIDIKANSEMUA YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENDIDIKAN, PENDIDIKAN NAIONAL, PENDIDIKAN DASAR, METODE PENDIDIKAN, TEKNOLOGI PENDIDIKAN, PENTINGNYA PENDIDIKAN, DUNIA PENDIDIKAN, BEASISWA PENDIDIKAN DAN HAL-HAL BARU DALAM DUNIA PENDIDIKANaidahttp://www.blogger.com/profile/00297873938804518609noreply@blogger.comBlogger6125tag:blogger.com,1999:blog-1741348697572000579.post-8465499205013570962010-03-07T11:05:00.000+07:002010-03-07T11:05:11.073+07:00Pendidikan Luar Sekolah<span style="font-size: small;"></span><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="http://1.bp.blogspot.com/_uPpVCPXHNUg/S5Mluy98fzI/AAAAAAAAABU/6HmS_vGXbAM/s1600-h/PLS.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="196" src="http://1.bp.blogspot.com/_uPpVCPXHNUg/S5Mluy98fzI/AAAAAAAAABU/6HmS_vGXbAM/s200/PLS.jpg" width="200" /></a></div><div align="justify"> <span style="font-family: arial; font-size: small;">Kita menyadari bahwa SDM kita masih rendah, dan tentunya kita masih punya satu sikap yakni optimis untuk dapat mengangkat SDM tersebut. Salah satu pilar yang tidak mungkin terabaikan adalah melalui pendidikan non formal atau lebih dikenal dengan pendidikan luar sekolah (PLS). <br /><br />Seperti kita ketahui, bahwa rendahnya SDM kita tidak terlepas dari rendahnya tingkat pendidikan masyarakat, terutama pada usia sekolah. Rendahnya kualitas SDM tersebut disebabkan oleh banyak hal, misalnya ketidakmampuan anak usia sekolah untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi, sebagai akibat dari kemiskinan yang melilit kehidupan keluarga, atau bisa saja disebabkan oleh oleh angka putus sekolah, hal yang sama disebabkan oleh factor ekonomi <br /><br />Oleh sebab itu, perlu menjadi perhatian pemerintah melalui semangat otonomi daerah adalah mengerakan program pendidikan non formal tersebut, karena UU Nomor 20 tentang Sistem Pendidikan Nasional secara lugas dan tegas menyebutkan bahwa pendidikan non formal akan terus ditumbuhkembangkan dalam kerangka mewujudkan pendidikan berbasis masyarakat, dan pemerintah ikut bertanggungjawab kelangsungan pendidikan non formal sebagai upaya untuk menuntaskan wajib belajar 9 tahun. <br /><br />Dalam kerangka perluasan dan pemerataan PLS, secara bertahap dan bergukir akan terus ditingkatkan jangkauan pelayanan serta peran serta masyarakat dan pemerintah daerah untuk menggali dan memanfaatkan seluruh potensi masyarakat untuk mendukung penyelenggaraan PLS, maka Rencana Strategis baik untuk tingkat propinsi maupun kabupaten kota, adalah :</span></div><ol><span style="font-family: arial; font-size: small;"><li><div align="justify">Perluasan pemerataan dan jangkauan pendidikan anak usia dini; </div></li><li><div align="justify">Peningkatan pemerataan, jangkauan dan kualitas pelayanan Kejar Paket A setara SD dan B setara SLTP; </div></li><li><div align="justify">Penuntasan buta aksara melalui program Keaksaraan Fungsional; </div></li><li><div align="justify">Perluasan, pemerataan dan peningkatan kualitas pendidikan perempuan (PKUP), Program Pendidikan Orang tua (Parenting); </div></li><li><div align="justify">Perluasan, pemerataan dan peningkatan kualitas pendidikan berkelanjutan melalui program pembinaan kursus, kelompok belajar usaha, magang, beasiswa/kursus; dan </div></li><li><div align="justify">Memperkuat dan memandirikan PKBM yang telah melembaga saat ini di berbagai daerah di Riau. </div></li></span></ol><span style="font-family: arial; font-size: small;"> </span><div align="justify"> <span style="font-family: arial; font-size: small;">Dalam kaitan dengan upaya peningkatan kualitas dan relevansi pendidikan, maka program PLS lebih berorientasi pada kebutuhan pasar, tanpa mengesampingkan aspek akademis. Oleh sebab itu Program PLS mampu meningkatkan pengetahuan, keterampilan, profesionalitas, produktivitas, dan daya saing dalam merebut peluang pasar dan peluang usaha, maka yang perlu disusun Rencana strategis adalah :</span></div><ol><span style="font-family: arial; font-size: small;"><li><div align="justify">Meningkatkan mutu tenaga kependidikan PLS; </div></li><li><div align="justify">Meningkatkan mutu sarana dan prasarana dapat memperluas pelayanan PLS, dapat meningkatkan kualitas proses dan hasil; </div></li><li><div align="justify">Meningkatkan pelaksanaan program kendali mutu melalui penetapan standard kompetensi, standard kurikulum untuk kursus; </div></li><li><div align="justify">Meningkatkan kemitraan dengan pihak berkepentingan (stakholder) seperti Dudi, asosiasi profesi, lembaga diklat; serta </div></li><li><div align="justify">Melaksanakan penelitian kesesuain program PLS dengan kebutuhan masyarakat dan pasar. Demikian pula kaitan dengan peningkatan kualitas manajemen pendidikan.</div></li></span></ol><span style="font-family: arial; font-size: small;"> </span><div align="justify"> <span style="font-family: arial; font-size: small;">Strategi PLS dalam rangka era otonomi daerah, maka rencana strategi yang dilakukan adalah :</span></div><ol><span style="font-family: arial; font-size: small;"><li>Meningkatkan peranserta masyarakat dan pemerintah daerah; </li><li>Pembinaan kelembagaan PLS; </li><li>Pemanfaatan/pemberdayaan sumber-sumber potensi masyarakat; </li><li>Mengembangkan sistem komunikasi dan informasi di bidang PLS; </li><li>Meningkatkan fasilitas di bidang PLS </li></span></ol><div align="justify"> <span style="font-family: arial; font-size: small;">Semangat Otonomi Daerah PLS memusatkan perhatiannya pada usaha pembelajaran di bidang keterampilan lokal, baik secara sendiri maupun terintegrasi. Diharapkan mereka mampu mengoptimalkan apa yang sudah mereka miliki, sehingga dapat bekerja lebih produktif dan efisien, selanjutnya tidak menutup kemungkinan mereka dapat membuka peluang kerja. <br /><br />Pendidikan Luar Sekolah menggunakan pembelajaran bermakna, artinya lebih berorientasi dengan pasar, dan hasil pembelajaran dapat dirasakan langsung manfaatnya, baik oleh masyarakat maupun peserta didik itu sendiri.. <br /><br />Di dalam pengembangan Pendidikan Luar Sekolah, yang perlu menjadi perhatian bahwa, dalam usaha memberdayakan masyarakat kiranya dapat membaca dan merebut peluang dari otonomi daerah, pendidikan luar sekolah pada era otonomi daerah sebenarnya diberi kesempatan untuk berbuat, karena mustahil peningkatan dan pemberdayaan masyarakat menjadi beban pendidikan formal saja, akan tetapi pendidikan formal juga memiliki tanggungjawab yang sama. . <br /><br />Oleh sebab itu sasaran Pendidikan Luar Sekolah lebih memusatkan pada pendidikan anak usia dini, pendidikan dasar, pendidikan berkelanjutan, dan perempuan. <br /><br />Selanjutnya Pendidikan Luar Sekolah harus mampu membentuk SDM berdaya saing tinggi, dan sangat ditentukan oleh SDM muda (dini), dan tepatlah Pendidikan Luar sekolah sebagai alternative di dalam peningkatan SDM ke depan. <br /><br />PLS menjadi tanggungjawab masyarakat dan pemerintah sejalan dengan Pendidikan Berbasis Masyarakat, penyelenggaraan PLS lebih memberdayakan masyarakat sebagai perencana, pelaksanaan serta pengendali, PLS perlu mempertahankan falsafah lebih baik mendengar dari pada didengar, Pemerintah daerah propinsi, kabupaten dan kota secara terus menerus memberi perhatian terhadap PLS sebagai upaya peningkatan SDM, dan PLS sebagai salah satu solusi terhadap permasalahan masyarakat, terutama anak usia sekolah yang tidak mampu melanjutkan pendidikan, dan anak usia putus sekolah..Semoga.</span></div><div align="justify"><br /></div><div align="justify"><span style="font-size: small;"><b><span style="font-family: arial;">Oleh :</span></b></span></div><div align="justify"><span style="font-size: small;"><b><span style="font-family: arial;">Isjoni</span></b></span></div><div align="justify"><span style="font-family: arial; font-size: small;"><b>Dekan di FKIP Universitas Riau </b></span></div><div align="justify"><br /></div><div align="justify"><span style="font-family: arial; font-size: small;"><b>Ref : <i>http://re-searchengines.com/isjoni13.html</i> </b></span><span style="font-family: arial; font-size: small;"></span></div><div align="justify"><span style="font-family: arial; font-size: small;"> </span></div><div class="blogger-post-footer"><img width='1' height='1' src='https://blogger.googleusercontent.com/tracker/1741348697572000579-846549920501357096?l=elfuaidatul.blogspot.com' alt='' /></div>aidahttp://www.blogger.com/profile/00297873938804518609noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1741348697572000579.post-65475856760540313672010-03-07T11:01:00.004+07:002010-03-07T11:05:26.879+07:00Pendidikan Jarak Jauh<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="http://2.bp.blogspot.com/_uPpVCPXHNUg/S5MkjrQu8lI/AAAAAAAAABM/mAZ-W6c-K_g/s1600-h/online.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="200" src="http://2.bp.blogspot.com/_uPpVCPXHNUg/S5MkjrQu8lI/AAAAAAAAABM/mAZ-W6c-K_g/s200/online.jpg" width="200" /></a></div><span style="font-family: arial; font-size: small;">Pendidikan Jarak Jauh secara tersurat sudah termaktub di dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang "Sistem Pendidikan Nasional". Rumusan tentang Pendidikan Jarak Jauh terlihat pada BAB VI Jalur, jenjang dan Jenis Pendidikan pada Bagian Kesepuluh Pendidikan Jarak Jauh pada Pasal 31 berbunyi : (1) Pendidikan jarak jauh diselenggarakan pada semua jalur, jenjang, dan jenis pendidikan; (2) Pendidikan jarak jauh berfungsi memberikan layanan pendidikan kepada kelompok masyarakat yang tidak dapat mengikuti pendidikan secara tata muka atau regular; (3) Pendidikan jarak jauh diselenggarakan dalam berbagai bentuk, modus, dan cakupan yang didukung oleh sarana dan layanan belajar serta system penilaian yang menjamin mutu lulusan sesuai dengan standard nasional pendidikan; (4) Ketentuan mengenai penyelenggarakan pendidikan jarak jauh sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), ayat (2) dan ayat (3) diatur lebih lanjut dengan peraturan pemerintah. <br /><br />Ini menunjukan kepada kita bahwa pendidikan jarak jauh merupakan program pemerintah yang perlu terus didukung. Pemerintah merasakan bahwa kondisi pendidikan negeri kita perlu terus dibenahi, dan tentunya diperlukan strategi yang tepat, terencana dan simultan. Selama ini belum tersentuh secara optimal, karena banyak hal yang juga perlu dipertimbangkan dan dilakukan pemerintah didalam kerangka peningkatan kualitas sector pendidikan. <br /><br />Pendidikan jarak jauh pada kondisi awal sudah dijalankan pemerintah melalui berbagai upaya, baik melalui Belajar Jarak Jauh yang dikembangkan oleh Universitas Terbuka, mapun Pendidikan Jarak Jauh yang dikembangkan oleh Pusat Teknologi Komunikasi dan Informasi Departemen Pendidikan Nasional, melalui program pembelajaran multimedia, dengan program SLTP dan SMU Terbuka, Pendidikan dan Latihan Siaran Radio Pendidikan. <br /><br />Berkenaan dengan itu, yang pasti sasaran dari program pendidikan jarak jauh tidak lain adalah memberikan kesempatan kepada anak-anak bangsa yang belum tersentuh mengecap pendidikan ke tingkat yang lebih tinggi, bahkan tidak terkecuali anak didik yang sempat putus sekolah, baik untuk pendidikan dasar, menengah. Demikian pula bagi para guru yang memiliki sertifikasi lulusan SPG/SGO/KPG yang karena kondisi tempat bertugas di daerah terpencil, pedalaman, di pergunungan, dan banyak pula yang dipisahkan antar pulau, maka peluang untuk mendapatkan pendidikan melalui program pendidikan jarak jauh mutlak terbuka lebar. Perlu dicatat bahwa pemerintah telah melakukan dengan berbagai terobosan untuk meningkatkan mutu sumber daya manusia. Upaya keras yang dilakukan adalah berkaiatan dengan lokalisasi daerah terpencil, pedalaman yang sangat terbatas oleh berbagai hal, seperti transportasi, komunikasi, maupun informasi. Hal ini sesegera mungkin untuk diantisipasi, sehingga jurang ketertinggalan dengan masyarakat perkotaan tidak terlalu dalam, dan segera untuk diantisipasi. <br /><br />Semangat otonomi daerah memberikan angin segar terhadap pelaksanaan program pendidikan jarak jauh. Apalagi bila kita telusuri, masih banyak para guru yang mempunyai keinginan untuk melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi, akan tetapi karena keterbatasan dana, ditambah lagi ketidakmungkinannya untuk meninggalkan sekolah, maka cita-cita untuk melanjutkan belum tercapai. <br /><br />Akan tetapi dengan melalui program pendidikan jarak jauh melalui pola pembelajaran multi media yang digalakan oleh Pusat Teknologi, Komunikasi dan Informasi (Pustekkom) Pendidikan Nasional, merupakan angin segar bagi para guru-guru yang berpendidikan SPG/SGO untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang Diploma Dua melalui Program PGSD. Demikian pula bagi para guru-guru yang baru direkrut melalui program guru bantu yang diselenggarakan oleh Pemerintah Pusat maupun guru kontrak yang diselenggarakan oleh Pemerintah Daerah, pada umumnya banyak lulusan SMU/SMK/MA tentunya dari segi kualitas perlu terus ditingkatkan, apalagi yang menyangkut kemampuan didaktik, metodik dan paedogogik masih perlu banyak belajar, karena selama menjalani pendidikan di sekolah menengah tidak pernah mendapatkan materi tersebut. Mereka-mereka ini perlu diberi kesempatan untuk mengikuti program Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) selama dua tahun. <br /><br />Katanya Pusat Teknologi, Komunikasi dan Informasi (Pustekkom) Dinas Pendidikan Nasional bekerjasama dengan LPTK, dan Dinas Pendidikan Propinsi/Kabupaten/Kota tahun depan akan melaksanakan program pendidikan jarak jauh, yang akan diujicoba untuk lima propinsi se Indonesia, Yakni Propinsi Riau, Sumatera Barat, Papua, Gorontalo, dan Ujung Pandang. <br /><br />Pola yang diterapkan melalui program pembelajaran multimedia, dengan melibatkan LPTK yang ada, Dinas Kabupaten/Kota serta Pustekkom Propinsi. Para guru tidak perlu lagi meninggalkan tugas mengajar, dan tentunya proses pembelajaran dapat dilaksanakan secara efektif seperti biasa. Para tutorial dan teknisi dari LPTK yang akan datang ke daerah untuk melakukan proses pembelajaran. <br /><br />Telah terjadi distribusi hak dan wewenang antara, LPTK, Pustekkom, Dinas Pendidikan, dalam proses pelaksanaan, dan masing-masing tetap menyatukait, dan ada beberapa program yang dilaksanakan secara bersama-sama. Hal ini telah diatur sesuai dengan kesepakatan antara LPTK, Dinas Pendidikan, Pustekkom beberapa waktu yang lalu. <br /><br />Untuk itu Dinas Pendidikan Propinsi Riau bersama dengan LPTK (FKIP UNRI) akan melaksanakan sosialisasi tentang program ini, telah melakukan rapat koodinasi tanggal 15 November 2003 bersama seluruh kepala Dinas Pendidikan Propinsi Riau. Pada kesempatan itu Pemerintah Pusat melalui Pusat Teknologi, Komunikasi dan Informasi memberikan beberapa informasi pada pertemuan itu. Sehingga kesepakatan untuk melaksanakan program peningkatan Sumber Daya Manusia dalam hal ini "Guru" dapat terwujud sesuai dengan apa yang direncanakan. Semoga.</span><br /><span style="font-size: small;"><br /></span><br /><span style="font-size: small;"><b><span style="font-family: arial;">Oleh :</span></b></span><br /><span style="font-size: small;"><b><span style="font-family: arial;">Isjoni</span></b></span><br /><span style="font-family: arial; font-size: small;"><b> Dosen di FKIP Universitas Riau</b></span><br /><span style="font-size: small;"><br /></span><br /><span style="font-family: arial; font-size: small;"><b>Ref : <i>http://re-searchengines.com/isjoni4.html</i> </b></span><br /><span style="font-family: arial; font-size: x-small;"><b> </b></span><span style="font-family: arial; font-size: x-small;"> </span><br /><div id="divLookup" style="-moz-border-radius-bottomleft: 3px; -moz-border-radius-bottomright: 3px; -moz-border-radius-topleft: 3px; -moz-border-radius-topright: 3px; background-color: #ffff77; color: black; left: 321px; padding: 3px; position: absolute; top: 1552px; z-index: 10000;"><img border="0" src="data:image/gif,GIF89a%12%12%B3%FF%FF%FF%F7%F7%EF%CC%CC%CC%BD%BE%BD%99%99%99ZYZRUR%FE%01%02%21%F9%04%04%14%FF%2C%12%12%04X0%C8I%2B%1D8%EB%3D%E4%60%28%8A%85%17%0AG*%8C%40%19%7CJ%08%C4%B1%92%26z%C76%FE%02%07%C2%89v%F0%7Dz%C3b%C8u%14%82V5%23o%A7%13%19L%BCY-%25%7D%A6l%DF%D0%F5%C7%02%85%5B%D82%90%CBT%87%D8i7%88Y%A8%DB%EFx%8B%DE%12%01%3B" /></div><div class="blogger-post-footer"><img width='1' height='1' src='https://blogger.googleusercontent.com/tracker/1741348697572000579-6547585676054031367?l=elfuaidatul.blogspot.com' alt='' /></div>aidahttp://www.blogger.com/profile/00297873938804518609noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1741348697572000579.post-24506783983854987872010-03-07T10:09:00.001+07:002010-03-07T11:07:46.154+07:00Komputer dan Pendidikan<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="http://1.bp.blogspot.com/_uPpVCPXHNUg/S5MX0W_OhHI/AAAAAAAAAAs/967a5_DMjhk/s1600-h/lab_komputer_3_20090614_1038833418.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="150" src="http://1.bp.blogspot.com/_uPpVCPXHNUg/S5MX0W_OhHI/AAAAAAAAAAs/967a5_DMjhk/s200/lab_komputer_3_20090614_1038833418.jpg" width="200" /></a></div><div align="justify"><span style="color: black; font-family: Verdana,Arial; font-size: small;">Tanggung jawab sekolah yang besar dalam memasuki era globalisasi adalah mempersiapkan siswa untuk mengahadapi tantangan-tantangan dalam masyarakat sangat cepat perubahannya. Sala satu dari tantangan yang dihadapi oleh para siswa adalah menjadi pekerja yang bermutu. Kemampuan berbicara dalam bahasa asing dan kemahiran komputer merupakan dua kriteria utama yang pada umumnya diajukan sebagai syarat untuk memasuki lapangan kerja di Indonesia ( dan di seluruh dunia ). Mengingat sekitar 20-30 % dari lulusan SMU di seluruh wilayah Nusantara ini yang melanjutkan ke tingkat perguruan tinggi, dan dengan adanya komputer yang telah merambah di segala bidang kehidupan manusia, maka dibutuhkan suatu tanggung jawab yang besar terhadap system pendidikan untuk meningkatkan kemampuan berbahasa dan kemahiran komputer bagi para siswa kita. </span><br /><a name='more'></a><span style="color: black; font-family: Verdana,Arial; font-size: small;"></span></div><div align="justify"><span style="color: black; font-family: Verdana,Arial; font-size: small;"><b>Biaya yang dibutuhkan untuk mempersiapkan belajar komputer di sekolah akan mahal.</b></span></div><ul><span style="color: black; font-family: Verdana,Arial; font-size: small;"><li>Bagaimana pemerintah akan mampu membiayai pembangunan ini ? </li><li>Memberikan apa yang dibutuhkan, bagaimana pemerintah dapat mengelak untuk tidak membiayai pembangunan ini ? </li><li>Apakah pemerintah harus membiayai secara penuh untuk pembangunan ini ? </li></span></ul><div align="justify"><span style="color: black; font-family: Verdana,Arial; font-size: small;">Dalam menghadapi masalah ini beberapa sekolah swasta dan negeri yang telah mengambil langkah maju. Pada beberapa sekolah mereka telah membangun hubungan yang sangat erat dengan masyarakat setempat dan melakukan sebuah lompatan yaitu dengan mengundang para masyarakat penyumbang untuk membangun fasilitas dasar komputer. Sekolah ini telah membuktikan bagaimana mengatasi salah satu masalah terbesar dalam pengenalan teknologi ke sekolah-sekolah di Indonesia secara berkesinambungan. Keefektifan system yang berkesinambungan ini sudah tumbuh lama ketika masyarakat setempat memahami bagaimana pentingnya teknologi bagi anak-anak mereka. Dalam hal ini kami telah mempelajari bahwa, sekolah-sekolah yang bekerjasama dengan masyarakat setempat untuk membangun fasilitas cenderung berkembang secara teratur dan juga meningkatkan dukungan dari masyarakat setempat. </span></div><div align="justify"><span style="color: black; font-family: Verdana,Arial; font-size: small;">Kesinambungan adalah faktor utama. Pada program di masa lalu untuk menyediakan teknologi ke sekolah kebanyakan mencapai sedikit sukses dalam jangka waktu yang cukup lama dan jarang sekali menunjukkan perkembangan. Persyaratan mengenai laboratorium bahasa adalah contoh yang umum. Biasanya ada enam masalah utama, yaitu ;</span></div><ul><span style="color: black; font-family: Verdana,Arial; font-size: small;"><li>Anggaran untuk perawatan fasilitas awal tidak tersedia. </li><li>Pelatihan biasanya terlalu spesifik dan tidak berhubungan dengan kebutuhan di lapangan atau <b>perubahan sikap</b>. </li><li>Tidak tersedianya karyawan untuk perawatan rutin dan pengembangannya. </li><li>Tidak tersedianya teknisi ahli atau terlalu mahal </li><li>Materi yang sesuai untuk mengajar tidak tersedia </li><li>Lemahnya kondisi kerja guru di lapangan mendorong bahwa mereka tidak dapat membagi waktu untuk mengembangkan materi mengajar secara kreatif. </li></span></ul><div align="justify"><span style="color: black; font-family: Verdana,Arial; font-size: small;">Masalah-masalah ini menjadi lebih luas dalam hal komputer karena tingkat keahlian yang diminta untuk mengembangkan dan merawat fasilitas tersebut sangat tinggi serta kemahiran komputer mempunyai nilai jual yang sangat tinggi pula. Saran untuk memberi pelatihan karyawan di sekolah tidak berlaku dalam konteks yang ada saat ini. Karena siapa saja yang mengembangkan diri untuk mencapai posisi tingkat ahli, mereka di sektor komersil dapat menghasilkan sepuluh kali lipat dari apa yang mereka dapat di sekolah, jadi mungkin saja mereka akan menghabiskan waktu dengan pekerjaan dari luar kantor (hal ini juga menjadi masalah pada karyawan yang memiliki kemampuan di bidang jasa umum).</span></div><div align="justify"><span style="color: black; font-family: Verdana,Arial; font-size: small;"><b>Bagaimana caranya di beberapa sekolah berhasil membeli komputer, yang mahal dan memerlukan biaya perawatan yang cukup tinggi?</b></span></div><div align="justify"><span style="color: black; font-family: Verdana,Arial; font-size: small;">Hanya sedikit sekolah yang berlokasi dilingkungan yang makmur, di mana kelompok orang tua-guru dapat mencapai sejumlah besar uang secara mudah. Walaupun begitu beberapa sekolah yang lain berada di tengah lingkungan di mana tingkat social-ekonominya rendah, tetapi mereka juga berhasil mencapai tingkat yang sama dalam hal pencapaian di bidang pengembangan komputer dan fasilitas lain di lingkungan sekolah mereka. Dua contohnya yaitu SMUN 2 Wonosari di Daerah Istimewa Yogyakarta dan SMUN 23 di Bandung, Jawa Barat. Pendekatan awal yang dilakukan mereka terhadap pengembangan sekolah adalah serupa tapi tak sama. Keduanya menyusun kerberhasilan mereka dengan cara kooperatif dan bekerjasama dengan masyarakat setempat. Walaupun demikian SMUN 2 di Wonosari bergantung kepada penentuan dan pengembangan dari para karyawan itu sendiri. Sedangkan SMUN 23 di Bandung berinisiatif menentukan programnya melalui peranan enterprenur dan mendapatkan sumbangan dari masyarakat dan industri.</span></div><div align="justify"><span style="color: black; font-family: Verdana,Arial; font-size: small;">Tanpa mengindahkan cara pendekatan yang di tetapkan, sekolah anda dapat memutuskan untuk mengambil beberapa butir penting, yaitu sekolah harus benar-benar obyektif, berkomunikasi pro-aktif terhadap tujuan tersebut, menguntungkan masyarakat setempat dan harus terbuka serta 100 % transparan. Hal ini penting sekali bahwa pengembangan harus direncanakan dengan seksama sehingga meningkatkan kwalitas lulusan pendidikan bagi siswa dapat secara mudah dibicarakan dengan masyarakat. Akan mengherankan sekali jika melihat berapa jumlah dukungan ekstra yang akan dicapai dari masyarakat apabila dibangun suatu "kepercayaan" dan mereka "memahami" akan keuntungannya bagi anak-anak mereka. </span></div><span style="color: black; font-family: Verdana,Arial; font-size: small;"><b>Peralatan - perangkat keras apa saja yang diperlukan?</b> </span><br /><div align="justify"><span style="color: black; font-family: Verdana,Arial; font-size: small;">Peraturan yang ada sekarang ini, membatasi jumlah maksimum per kelas untuk 48 siswa. Sementara itu untuk kebutuhan ideal tersebut diperlukan 48 komputer, hal ini menjadi target yang tidak realistis bagi semua sekolah di Indonesia saat ini. Beberapa sekolah telah menunjukkan kepada kami bahwa mereka memulai keberhasilan program ekstra-kurikuler sekolahnya hanya dengan jumlah komputer yang terbatas, melalui penjadwalan ketat. Penulis percaya bahwa target realistis terdekat dalam pertengahan waktu adalah menjadi 24 komputer. Pada kenyataannya hampir seluruh kelas berisi di bawah 48 siswa jadi angka perbandingan bagi siswa terhadap komputer tidak lebih dari 2 :1. Berbagi komputer selama masa awal tahap pelatihan komputer dapat memberikan keuntungan untuk membantu membangun rasa percaya diri dan juga memberikan kesempatan kepada siswa yang lebih mahir, sehingga mereka dapat membantu siswa yang lemah (meningkatkan efisiensi guru). Hal ini bukan berarti sekarang anda harus membeli 24 komputer. Anda bisa memulai program dasar ekstra-kurikuler hanya dengan 2 komputer. Yang terpenting adalah anda memiliki rencana, membuat pengaturan untuk melatih dan memepersiapkan karyawan anda, serta mulai untuk membicarakan masalah komputer tersebut. Penulis pernah mengajar kelas Internet hanya menggunakan satu komputer saja.</span></div><span style="color: black; font-family: Verdana,Arial; font-size: small;"><b>CATATAN :</b> </span><br /><div align="justify"><span style="color: black; font-family: Verdana,Arial; font-size: small;">Hampir semua supplier komputer di Indonesia akan melakukan install program apapun sesuai dengan permintaan, demi kepentingan agar komputer tersebut dibeli. Ini adalah salah satu alasan akan sangat pentingnya perencanaan matang mengenai tujuan pelatihan dalam rangka nantinya untuk mengetahui program apa saja yang diminta dan menghemat biaya program (software). Walaupun begitu saya akan merekomendasikan bahwa paling tidak 20 % (lebih disukai semuanya) dari komputer anda memiliki CD ROM drive jadi apabila program spesial yang diminta tetap, maka CD dapat dipergunakan.</span></div><div align="justify"><span style="color: black; font-family: Verdana,Arial; font-size: small;">Dari pengalaman kami di sekolah-sekolah kelihatannya kebutuhan printer di sekolah minimum 2 (dua). </span></div><div align="justify"><span style="font-size: small;"><br /></span></div><div align="justify"><b><span style="color: black; font-family: Verdana,Arial; font-size: 10pt;"><span style="font-size: small;"><a href="http://www.blogger.com/post-edit.g?blogID=1741348697572000579&postID=2450678398385498787" name="dasar"><b>Desain Dasar Laboratorium Komputer</b></a></span><b> </b></span></b></div><div align="justify"><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="http://2.bp.blogspot.com/_uPpVCPXHNUg/S5MX8GnQMCI/AAAAAAAAAA0/VLK0IZKfyq8/s1600-h/map.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="111" src="http://2.bp.blogspot.com/_uPpVCPXHNUg/S5MX8GnQMCI/AAAAAAAAAA0/VLK0IZKfyq8/s200/map.jpg" width="200" /></a></div><div align="justify"><span style="color: black; font-family: Verdana,Arial; font-size: 10pt;"> <span style="font-size: small;">Tata letak laboratorium ini sangat umum, namun demikian dari sisi pembelajaran hal ini terbatas sekali.</span></span></div><ul><span style="color: black; font-family: Verdana,Arial; font-size: small;"><li>Jarak pandang siswa sangat rendah (khususnya dari bagian belakang). </li><li>Gurunya tidak bisa lihat kegiatan siswa. </li><li>Jalan bagi guru untuk bekerja dengan siswa secara individual sangat sukar. </li><li>Pemasangan kabel sangat sukar dan perlu kabel di bawah lantai (tidak mudah diubah). </li><li>Para siswa mudah sekali menabrak peralatan ketika masuk dan keluar (masalah kepercayan). </li><li>Jika sala satu computer memerlukan perhatian (atau perbaikan kecil) di muka kelas hal itu akan mengganggu semua siswa. </li></span></ul><div align="justify"><span style="color: black; font-family: Verdana,Arial; font-size: small;"> Tata letak laboratorium ini jauh lebih baik dari sisi pembelajaran.</span></div><div align="justify"><span style="font-size: small;"><br /></span></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><span style="font-size: small;"><a href="http://1.bp.blogspot.com/_uPpVCPXHNUg/S5MYNE_Lz6I/AAAAAAAAAA8/UBEuYbMT7zw/s1600-h/jember4s.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="http://1.bp.blogspot.com/_uPpVCPXHNUg/S5MYNE_Lz6I/AAAAAAAAAA8/UBEuYbMT7zw/s320/jember4s.jpg" /></a></span></div><ul><span style="color: black; font-family: Verdana,Arial; font-size: small;"><li><span style="font-size: x-small;"><span style="font-size: small;">Para siswa dapat berputar di kursi mereka dan jarak pandang cukup baik</span>. </span></li><li><span style="font-size: x-small;"><span style="font-size: small;">Guru dapat memantau kegiatan semua siswa selama belajar</span>. </span></li><li><span style="font-size: x-small;"><span style="font-size: small;">Jalan bagi guru untuk bekerja secara individual dengan siswa sangat bagus</span>. </span></li><li><span style="font-size: x-small;"><span style="font-size: small;">Pemasangan kable sangat mudah dan mudah pula di modifikasi.</span> </span></li><li><span style="font-size: x-small;"><span style="font-size: small;">Para siswa tak berhubungan dengan kabel (di belakang) dan dapat di andalkan.</span> </span></li><li><span style="font-size: x-small;"><span style="font-size: small;">Jika ada komputer yang memerlukan perhatihan (atau perbaikan kecil) siswa lain tak terganggu.</span> </span></li><li><span style="font-size: small;">Jika manapun ruang Anda cukup luas bagian tengah memungkinkan guru untuk mengajarkan prinsip-prinsip pada awal pelajaran atau untuk mengkaji ulang masalah umum yang banyak atau semua siswa menghadapinya, jauh lebih lewes</span>. </li></span></ul><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="http://2.bp.blogspot.com/_uPpVCPXHNUg/S5MYbF08JxI/AAAAAAAAABE/FqtdwTezQ2I/s1600-h/comlabn1.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="http://2.bp.blogspot.com/_uPpVCPXHNUg/S5MYbF08JxI/AAAAAAAAABE/FqtdwTezQ2I/s320/comlabn1.jpg" /></a></div><div align="justify"><br /></div><div align="justify"><span style="color: black; font-family: Verdana,Arial; font-size: small;">Kami menyarankan apabila anda belum berpengalaman dan ingin membeli peralatan computer, software atau memasang fasilitas Internet gunakanlah <span style="color: red;">Pendidikan Net FORUM</span> untuk meminta saran dan bantuan dari pihak pendidikan yang berpengalaman. Sebaiknya peralatan dibeli dari suplier lokal supaya mudah mendapat bantuan dan servis. Bandingkanlah harga dan garansinya sebelum memesan dan membeli barang.</span></div><div align="justify"><span style="font-size: small;"><br /></span></div><div align="justify"><span style="font-size: small;"><br /></span></div><div align="justify"><span style="font-size: small;"><b><span style="color: black; font-family: Verdana,Arial;">Oleh : </span></b></span></div><div align="justify"><span style="color: black; font-family: Verdana,Arial; font-size: small;"><b><span style="color: black; font-family: Verdana,Arial;"><b>Phillip Rekdale<br />Konsultan Pendidikan & Teknologi</b></span></b></span><span style="color: black; font-family: Verdana,Arial; font-size: small;"> </span></div><div align="justify"><span style="color: black; font-family: Verdana,Arial; font-size: small;"><br /></span></div><div align="justify"><span style="color: black; font-family: Verdana,Arial; font-size: small;"><b>Ref :</b> <i><b>http://e-pendidikan.com/comp.html#dasar</b></i></span></div><div align="justify"><span style="color: black; font-family: Verdana,Arial; font-size: 10pt;"> </span><span style="color: black; font-family: Verdana,Arial; font-size: 10pt;"> </span></div><div id="divLookup" style="-moz-border-radius-bottomleft: 3px; -moz-border-radius-bottomright: 3px; -moz-border-radius-topleft: 3px; -moz-border-radius-topright: 3px; background-color: #ffff77; color: black; left: 382px; padding: 3px; position: absolute; top: 3372px; z-index: 10000;"><img border="0" src="data:image/gif,GIF89a%12%12%B3%FF%FF%FF%F7%F7%EF%CC%CC%CC%BD%BE%BD%99%99%99ZYZRUR%FE%01%02%21%F9%04%04%14%FF%2C%12%12%04X0%C8I%2B%1D8%EB%3D%E4%60%28%8A%85%17%0AG*%8C%40%19%7CJ%08%C4%B1%92%26z%C76%FE%02%07%C2%89v%F0%7Dz%C3b%C8u%14%82V5%23o%A7%13%19L%BCY-%25%7D%A6l%DF%D0%F5%C7%02%85%5B%D82%90%CBT%87%D8i7%88Y%A8%DB%EFx%8B%DE%12%01%3B" /></div><div class="blogger-post-footer"><img width='1' height='1' src='https://blogger.googleusercontent.com/tracker/1741348697572000579-2450678398385498787?l=elfuaidatul.blogspot.com' alt='' /></div>aidahttp://www.blogger.com/profile/00297873938804518609noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1741348697572000579.post-21164489688064862202010-03-07T09:37:00.002+07:002010-03-07T11:09:33.424+07:00Pendidikan Agama<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="http://4.bp.blogspot.com/_uPpVCPXHNUg/S5MQlrIoygI/AAAAAAAAAAk/4iScNc8RvUQ/s1600-h/PAI-SD-5.gif" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="200" src="http://4.bp.blogspot.com/_uPpVCPXHNUg/S5MQlrIoygI/AAAAAAAAAAk/4iScNc8RvUQ/s200/PAI-SD-5.gif" width="159" /></a></div><br /><span style="font-family: arial; font-size: small;">Ketika saya menghadiri pertemuan pendidikan katolik di Beirut, bertemu dengan rekan-rekan dari Mesir, Yordania, Palestina dan beberapa negara Timur Tengah lainnya. Dari mereka saya memperoleh informasi bahwa pendidikan agama tidak diajarkan di sekolah melainkan diselenggarakan oleh pengurus agama masing-masing bekerjasama dengan orangtua peserta didik dan diajarkan di luar sekolah. <br /><br />Saat ini sedang marak pro-kontra masalah pendidikan agama di sekolah menurut agama peserta didik dan diajarkan oleh guru agama yang seagama dengan peserta didik. Secara prinsip hal itu mudah dikatakan dan dilaksanakan jika di dalam satu kelas hanya terdiri dari dua kelompok agama peserta didik, tetapi jika dalam satu kelas ada 5 (lima) agama peserta didik, saya membayangkan betapa sulitnya untuk mengatur jadwal dan tempat, jika hal itu dilaksanakan di sekolah. Mengapa? </span><br /><ul><div align="justify"><span style="font-family: arial; font-size: small;">1) mencermati sekolah-sekolah saat ini hampir semua ruang/kelas sudah dimanfaatkan untuk kegiatan belajar mengajar, bahkan ada sekolah yang kurang ruangan. </span></div><div align="justify"><span style="font-family: arial; font-size: small;">2) jika dalam satu kelas ada 5 (agama) peserta didik: Islam, Katolik, Kristen, Hindu, Budha..kapan waktu pengajaran dapat dilaksanakan? Dalam waktu yang sama? Dimana dan bagaimana pembagian tempatnya? Dalam waktu yang berbeda? bagaimana pengaturan jam/waktunya? Ingat jatah jam pelajaran agama ada 2 jam mata pelajaran. Atau di suatu sekolah , katakan di SD atau SMP, para peserta didik dari kelas terendah sampai kelas tertinggi dikumpulkan menurut agama masing-masing dan diajarkan agama sesuai dengan agamanya dan oleh guru agama yang seagama? Apakah hal ini tidak akan menjadi kesulitan bagi guru agama ybs..? </span></div><span style="font-family: arial; font-size: small;"> </span></ul><div align="justify"><span style="font-family: arial; font-size: small;">Dalam tulisan ini saya hanya ingin memperlihatkan betapa sulitnya pengaturan waktu dan tempat jika pelajaran agama diajarkan menurut agama masing-masing dan di sekolah yang bersangkutan ada 5 (lima) agama . Sebagai contoh di sekolah negeri saat ini yang mayoritas adalah peserta didik agama Islam, untuk para peserta didik yang beragama katolik atau kristen diberi kesempatan pada hari Jum'at, dimana sementara rekan-rekan yang beragama Islam sedang berdoa di masjid..apa yang terjadi: mereka (para peserta didik yang beragama Katolik atau kristen) memperoleh ruangan yang tidak memadai, karena memang yang ada katanya hanya ruangan itu. <br /><br />Hemat kami: jika pendidikan agama peserta didik harus diajarkan sesuai dengan agama yang peserta didik yang bersangkutan dan oleh guru agama yang seagama peserta didik...kegiatan ini tidak dilaksanakan di sekolah melainkan di "masjid, gereja dst..", dengan kata lain pendidikan agama menjadi tanggungjawab orangtau dan pengurus agama yang bersangkutan, bukan tugas sekolah. <br /><br />Dengan demikian pendidikan yang diselenggarakan di sekolah sungguh murni untuk mencerdaskan peserta didik. Sekali lagi ingat ada aneka kecerdasan: kecerdasan intelektual, kecerdasan phisik, kecerdasan emosional, kecerdasan sosial, kecerdasan spiritual dst. </span></div><div align="justify"><span style="font-size: small;"><br /></span></div><div align="justify"><span style="font-family: arial; font-size: small;"><b>Di tulis oleh :</b></span></div><div align="justify"><span style="font-family: arial; font-size: small;"><b>ign.sumarya SJ</b></span></div><div align="justify"><span style="font-family: arial; font-size: small;"><b>Seorang Pengamat di Jakarta</b></span><span style="font-family: arial; font-size: small;"><b></b></span></div><div align="justify"><span style="font-family: arial; font-size: small;"><b><br /></b></span></div><div align="justify"><span style="font-family: arial; font-size: small;"><b>Ref : <i>http://re-searchengines.com/isumarya3.html</i></b></span></div><div class="blogger-post-footer"><img width='1' height='1' src='https://blogger.googleusercontent.com/tracker/1741348697572000579-2116448968806486220?l=elfuaidatul.blogspot.com' alt='' /></div>aidahttp://www.blogger.com/profile/00297873938804518609noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1741348697572000579.post-67828588339159190672010-03-07T00:30:00.003+07:002010-03-07T11:09:17.050+07:00Memanfaatan Museum Sebagai Sumber Pembelajaran<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"></div><a href="http://2.bp.blogspot.com/_uPpVCPXHNUg/S5KQH0_WlyI/AAAAAAAAAAU/CZqxbRFWMxc/s1600-h/museum_nasional_indonesia.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="150" src="http://2.bp.blogspot.com/_uPpVCPXHNUg/S5KQH0_WlyI/AAAAAAAAAAU/CZqxbRFWMxc/s200/museum_nasional_indonesia.jpg" width="200" /></a><br /><div align="justify"><span style="font-family: arial; font-size: small;">"Apabila suatu bangsa adalah sebuah keluarga yang hidup dengan dan dalam rumah kebudayaannya, maka Museum dapatlah dipahami sebagai album keluarga itu. Di dalam album itulah foto-foto seluruh keluarga tersimpan dan disusun dari setiap masa dan generasi. Foto-foto itu ditatap untuk tidak sekedar menjenguk dan menziarahi sebuah masa lalu, sebab waktu bukan hanya terdiri dari ruang dimensi kemarin, hari ini dan besok pagi. Foto-foto itu adalah waktu yang menjadi tempat untuk menatap dan memaknai seluruhnya, bukan hanya peristiwa, akan tetapi juga pemaknaan di balik peristiwa-peristiwa itu. Pemaknaan tentang seluruh identitas, di dalam dan di luar kota. Foto-foto itu akhirnya bukan lagi dipahami sebagai sebuah benda" (HU Pikiran Rakyat, 22 Februari 2001).</span><br /></div><div align="justify"><span style="font-family: arial; font-size: small;">Uraian tersebut menunjukkan, museum tidak hanya berfungsi sebagai lembaga yang mengumpulkan dan memamerkan benda-benda yang berkaitan dengan sejarah perkembangan kehidupan manusia dan lingkungan, tetapi merupakan suatu lembaga yang mempunyai tugas untuk melakukan pembinaan dan pengembangan nilai budaya bangsa guna memperkuat kepribadian dan jati diri bangsa, mempertebal keimanan dan ketaqwaan kepada Tuhan, serta meningkatkan rasa harga diri dan kebanggaan nasional. </span></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="http://3.bp.blogspot.com/_uPpVCPXHNUg/S5KQW1r7XgI/AAAAAAAAAAc/CGC_j7Ta7kY/s1600-h/tutwuri-handayaniwarna.jpg" imageanchor="1" style="clear: right; float: right; margin-bottom: 1em; margin-left: 1em;"><img border="0" height="196" src="http://3.bp.blogspot.com/_uPpVCPXHNUg/S5KQW1r7XgI/AAAAAAAAAAc/CGC_j7Ta7kY/s200/tutwuri-handayaniwarna.jpg" width="200" /></a></div><div align="justify"><br /></div><div align="justify"><span style="font-family: arial; font-size: small;">Dalam kenyataannya, saat ini masih banyak masyarakat, termasuk kalangan pendidikan, yang memandang Museum hanya berfungsi sebagai tempat menyimpan dan memelihara benda-benda peninggalan sejarah serta menjadi monumen penghias kota. Akibatnya, banyak masyarakat yang enggan untuk meluangkan waktu berkunjung ke Museum dengan alasan kuno dan tidak prestis, padahal jika semua kalangan masyarakat sudi meluangkan waktu untuk datang untuk menikmati dan mencoba memahami makna yang terkandung dalam setiap benda yang dipamerkan museum, maka akan terjadi suatu transfomasi nilai warisan budaya bangsa dari generasi terdahulu kepada generasi sekarang.</span></div><span style="font-family: arial; font-size: small;"> </span><br /><div align="justify"><span style="font-family: arial; font-size: small;">Bagi dunia pendidikan, keberadaan museum merupakan suatu yang tidak dapat terpisahkan, karena keberadaannya mampu menjawab berbagai pertanyaan yang muncul dalam proses pembelajaran terutama berkaitan dengan sejarah perkembangan manusia, budaya dan lingkungannya. </span></div><div align="justify"><span style="font-family: arial; font-size: x-small;"><span style="font-size: small;">Museum sebagai Sumber Pembelajaran</span><br /><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Sebagai lembaga yang menyimpan, memelihara serta memamerkan hasil karya, cipta dan karsa manusia sepanjang zaman, museum merupakan tempat yang tepat sebagai Sumber Pembelajaran bagi kalangan pendidikan, karena melalui benda yang dipamerkannya pengunjung dapat belajar tentang berbagai hal berkenaan dengan nilai, perhatian serta peri kehidupan manusia. </span></span></span></div><div align="justify" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span style="font-size: small;">Kegiatan observasi yang dilakukan oleh siswa di Museum merupakan batu loncatan bagi munculnya suatu gagasan dan ide baru karena pada kegiatan ini siswa dirangsang untuk menggunakan kemampuannya dalam berfikir kritis secara optimal. Kemampuan berfikir siswa tersebut menurut Takai and Connor (1998), meliputi :<br />a. Comparing and Contrasting (kemampuan mengenal persamaan dan perbedaan pada objek yang diamati) <br />b. Identifying and Classifying (kemampuan mengidentifikasi dan mengelompokkan objek yang diamati pada kelompok seharusnya).<br />c. Describing (kemampuan menyampaikan deskripsi secara lisan dan tulisan berkenaan dengan objek yang diamati).<br />d. Predicting (kemampuan untuk memprakirakan apa yang terjadi berkenaan dengan objek yang diamati).<br />e. Summarizing (kemampuan membuat kesimpulan dari informasi yang diperoleh di Museum dalam sebuah laporan secara singkat dan padat).</span></div><span style="font-family: arial; font-size: small;"> </span><br /><div align="justify" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span style="font-size: small;">Kemampuan berpikir tersebut tidak akan muncul dengan sendirinya tanpa adanya bimbingan dan pembinaan yang memadai dari gurunya. Upaya yang dapat dilakukan oleh guru dalam menumbuhkan kemampuan berfikir kritis siswa melalui kegiatan kunjungan ke Museum, diantaranya : <br />a. Dalam kegiatan pembelajaran di dalam kelas untuk materi tertentu, guru perlu sering mengajak, menugaskan atau menyarankan siswa berkunjung ke Museum guna membuktikan uraian dalam buku teks dengan melihat bukti nyata yang terdapat di museum. Kegiatan ini idealnya dilakukan dengan melibatkan siswa dalam jumlah yang tidak terlalu besar untuk mempermudah guru dan pemandu museum membimbing siswa saat mengamati koleksi museum.<br />b. Memberikan pembekalan terlebih dahulu kepada siswa sebelum melakukan kunjungan ke museu, terutama berkaitan dengan materi yang akan diamati. Kegiatan ini dilakukan agar pada diri siswa tumbuh rasa ingin mengetahui dan membuktikan apa yang diinformasikan oleh gurunya atau pemandu museum.<br />c. Menyediakan alat bantu pendukung pembelajaran bagi siswa, berupa lembar pannduan atau LKS yang materinya disusun sesingkat dan sepadat mungkin serta mampu menumbuhkan daya kritis siswa terhadap objek yang diamati. <br />d. Selama kunjungan guru dan atau pemandu museum berada dekat siswa untuk memberikan bimbingan dan melakukan diskusi kecil dengan siswa berkenaan dengan objek yang diamati.<br />e. Setelah kegiatan kunjungan, siswa diminta untuk membuat laporan berupa kesimpulan yang diperoleh dari hasil kegiatan kunjungan ke museum, kemudian hasil tersebut didiskusikan dalam kelas.<br />f. Pada bagian akhir kegiatan, guru perlu melakukan evaluasi terhadap program kegiatan kunjungan tersebut sebagai tolok ukur keberhasilan kegiatan kunjungan tersebut. </span></div><div align="justify" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span style="font-size: small;">Selain upaya yang dilakukan oleh guru dalam kegiatan kunjungan ke Museum, pihak pengelola (kurator) museum juga perlu melakukan berbagai upaya agar pengunjung, terutama kalangan pendidikan dapat memperoleh hasil yang maksimal dalam kegiatan kunjungannya. Upaya dapat dilakukan oleh pengelola museum dalam menjadikan museumnya sebagai sumber bagi kegiatan pembelajaran, diantaranya : <br />a. Menyediakan panel informasi singkat berkenaan dengan pembagian ruang dan jenis koleksi yang dipamerkannya di pintu masuk museum, sehingga pengunjung dapat memperoleh gambaran isi museum secara lengkap begitu masuk pintu museum, sehingga walau pengunjung hanya masuk ke salah satu ruangan, dia tidak akan kehilangan "cerita" yang disajikan museum.<br />b. Menyediakan panel-panel informasi yang disajikan secara lengkap dan menarik sebagai pelengkap benda koleksi pameran dan diorama.<br />c. Menyediakan berbagai fasilitas penunjang kegiatan pendidikan, seperti leaflet, brosur, buku panduan, film, mikro film, slide dan lembar kerja siswa (LKS), sehingga pengunjung dengan mudah mempelajari objek yang dipamerkan museum. <br />d. Khusus berkenaan dengan LKS, perlu dirancang LKS museum yang sesuai dengan kebutuhan masing-masing tingkatan usia siswa serta mampu membangkitkan daya kritis siswa sesuai dengan tingkatannya. <br />e. Museum perlu menyelenggarakan berbagai kegiatan permainan museum yang menarik dan mampu meningkatkan pemahaman siswa akan objek yang dipamerkan.</span></div><div align="justify" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span style="font-size: small;">Perlunya kerjasama antara sekolah dengan Pengelola Museum<br />Diatas sudah diuraikan bahwa pemanfaatan museum secara optimal oleh siswa dapat dicapai jika sebelum melakukan kegiatan kunjungan ke museum diberikan pengenalan terlebih dahulu berkenaan dengan materi atau objek yang dipamerkan. Melalui kegiatan eksplorasi pra kunjungan diharapkan siswa akan mampu menangkap berbagai informasi penting berkenaan dengan objek yang dipamerkan sesuai dengan apa diharapkan. Agar guru mampu melakukan bimbingan dalam kegiatan kunjungan ke museum, maka guru perlu menjalin kerjasama dengan pengelola museum guna memperoleh informasi lengkap tentang museum dan koleksi yang dipamerkannya. </span></div><div align="justify" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span style="font-size: small;">Sebaliknya pihak pengelola (kurator) museum dalam menyusun berbagai program pendidikan di museum serta sarana penunjangnya, perlu melakukan kerjasama dengan kalangan pendidikan agar program pendidikan di museum dan sarana penunjangnya, seperti LKS, dapat sesuai dengan apa yang menjadi tuntutan kurikulum sekolah. Selain itu, antara museum satu dengan yang lainnya yang berada dalam satu kota perlu melakukan kerjasama dalam membuat buku informasi museum bersama yang nantinya buku tersebut dapat dibagikan kepada kalangan pendidikan, terutama sekolah, sehingga ketika akan melakukan kegiatan kunjungan dengan mudah guru menentukan museum mana yang akan dikunjungi sesuai dengan tuntutan kurikulum pada saat itu.</span></div><span style="font-family: arial; font-size: small;"> </span><br /><div align="justify" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span style="font-size: small;">Akhirnya melalui pemanfaatan Museum sebagai sumber pembelajaran diharapkan akan mampu meningkatkan kualitas pendidikan kita dan keberadaan museum tidak hanya menjadi penghias atau monumen kota, semoga....</span></div><div align="justify"><br /></div><div align="justify" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span style="font-size: small;"><b>Di tulis oleh :</b></span></div><div align="justify" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span style="font-size: small;"><b>Iwan Hermawan, S.Pd., M.Pd</b></span><span style="font-size: small;"> </span></div><div align="justify"><span style="font-family: arial; font-size: x-small;"><span style="font-size: small;"><b style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Seorang Guru di Pandeglang Banten</b></span></span></div><div align="justify"><br /></div><div align="justify"><span style="font-family: arial; font-size: x-small;"><span style="font-size: small;"><b style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Ref : <i>http://re-searchengines.com/ihermawan.html</i> </b></span> </span></div><div class="blogger-post-footer"><img width='1' height='1' src='https://blogger.googleusercontent.com/tracker/1741348697572000579-6782858833915919067?l=elfuaidatul.blogspot.com' alt='' /></div>aidahttp://www.blogger.com/profile/00297873938804518609noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1741348697572000579.post-32993134501654156042010-03-07T00:19:00.002+07:002010-03-07T11:09:02.559+07:00PENDIDIKAN NASIONAL YANG BERMORAL<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="http://4.bp.blogspot.com/_uPpVCPXHNUg/S5KNp-tQswI/AAAAAAAAAAM/FDnwPqewEXQ/s1600-h/profesional-bermoral-award-209x300.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="200" src="http://4.bp.blogspot.com/_uPpVCPXHNUg/S5KNp-tQswI/AAAAAAAAAAM/FDnwPqewEXQ/s200/profesional-bermoral-award-209x300.jpg" width="139" /></a></div><div align="justify"><span style="font-family: arial; font-size: x-small;">Memang harus kita akui ada diantara (oknum) generasi muda saat ini yang mudah emosi dan lebih mengutamakan otot daripada akal pikiran. Kita lihat saja, tawuran bukan lagi milik pelajar SMP dan SLTA tapi sudah merambah dunia kampus (masih ingat kematian seorang mahasiswa di Universitas Jambi, awal tahun 2002 akibat perkelahian didalam kampus). Atau kita jarang (atau belum pernah) melihat demonstrasi yang santun dan tidak menggangu orang lain baik kata-kata yang diucapkan dan prilaku yang ditampilkan. Kita juga kadang-kadang jadi ragu apakah demonstrasi yang dilakukan mahasiswa murni untuk kepentingan rakyat atau pesanan sang pejabat. </span><br /><span style="font-family: arial; font-size: x-small;"> </span></div><div align="justify"><span style="font-family: arial; font-size: x-small;">Selain itu, berita-berita mengenai tindakan pencurian kendaraan baik roda dua maupun empat, penguna narkoba atau bahkan pengedar, pemerasan dan perampokan yang hampir setiap hari mewarnai tiap lini kehidupan di negara kita tercinta ini banyak dilakukan oleh oknum golongan terpelajar. Semua ini jadi tanda tanya besar kenapa hal tersebut terjadi?. Apakah dunia Pendidikan (dari SD sampai PT) kita sudah tidak lagi mengajarkan tata susila dan prinsip saling sayang - menyayangi kepada siswa atau mahasiswanya atau kurikulum pendidikan tinggi sudah melupakan prinsip kerukunan antar sesama? Atau inikah hasil dari sistim pendidikan kita selama ini ? atau Inikah akibat perilaku para pejabat kita?</span></div><div align="justify"><span style="font-family: arial; font-size: x-small;">Dilain pihak, tindakan korupsi, kolusi dan nepotisme yang membuat bangsa ini morat-marit dengan segala permasalahanya baik dalam bidang keamanan, politik, ekonomi, sosial budaya serta pendidikan banyak dilakukan oleh orang orang yang mempunyai latar belakang pendidikan tinggi baik dalam negri maupun luar negri. Dan parahnya, era reformasi bukannya berkurang tapi malah tambah jadi. Sehingga kapan krisis multidimensi inI akan berakhir belum ada tanda-tandanya.</span></div><div align="justify"><span style="font-family: arial; font-size: x-small;">PERLU PENDIDIKAN YANG BERMORAL<br />Kita dan saya sebagai Generasi Muda sangat perihatin dengan keadaan generasi penerus atau calon generasi penerus Bangsa Indonesai saat ini, yang tinggal, hidup dan dibesarkan di dalam bumi republik ini. Untuk menyiapkan generasi penerus yang bermoral, beretika, sopan, santun, beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa perlu dilakukan hal-hal yang memungkin hal itu terjadi walaupun memakan waktu lama. </span></div><div align="justify"><span style="font-family: arial; font-size: x-small;">Pertama, melalui pendidikan nasional yang bermoral (saya tidak ingin mengatakan bahwa pendidikan kita saat ini tidak bermoral, namun kenyataanya demikian di masyarakat). Lalu apa hubungannya Pendidikan Nasional dan Nasib Generasi Penerus? Hubungannya sangat erat. Pendidikan pada hakikatnya adalah alat untuk menyiapkan sumber daya manusia yang bermoral dan berkualitas unggul. Dan sumber daya manusia tersebut merupakan refleksi nyata dari apa yang telah pendidikan sumbangankan untuk kemajuan atau kemunduran suatu bangsa. Apa yang telah terjadi pada Bangsa Indonesia saat ini adalah sebagai sumbangan pendidikan nasional kita selama ini. </span></div><div align="justify"><span style="font-family: arial; font-size: x-small;">Pendidikan nasional selama ini telah mengeyampingkan banyak hal. Seharusnya pendidikan nasional kita mampu menciptakan pribadi (generasi penerus) yang bermoral, mandiri, matang dan dewasa, jujur, berakhlak mulia, berbudi pekerti luhur, berperilaku santun, tahu malu dan tidak arogan serta mementingkan kepentingan bangsa bukan pribadi atau kelompok.Tapi kenyataanya bisa kita lihat saat ini. Pejabat yang melakukan korupsi, kolusi dan nepotisme baik di legislative, ekskutif dan yudikatif semuanya orang-orang yang berpendidikan bahkan tidak tanggung-tanggung, mereka bergelar dari S1 sampai Prof. Dr. Contoh lainnya, dalam bidang politik lebih parah lagi, ada partai kembar , anggota dewan terlibat narkoba, bertengkar ketika sidang, gontok-gontokan dalam tubuh partai karena memperebutkan posisi tertentu (Bagaimana mau memperjuangkan aspirasi rakyat kalau dalam diri partai saja belum kompak).</span></div><div align="justify"><span style="font-family: arial; font-size: x-small;">Dan masih ingatkah ketika terjadi jual beli kata-kata umpatan ("bangsat") dalam sidang kasus Bulog yang dilakukan oleh orang-orang yang mengerti hukum dan berpendidikan tinggi. Apakah orang-orang seperti ini yang kita andalkan untuk membawa bangsa ini kedepan? Apakah mereka tidak sadar tindak-tanduk mereka akan ditiru oleh generasi muda saat ini dimasa yang akan datang? Dalam dunia pendidikan sendiri terjadi penyimpangan-penyimpang yang sangat parah seperti penjualan gelar akademik dari S1 sampai S3 bahkan professor (dan anehnya pelakunya adalah orang yang mengerti tentang pendidikan), kelas jauh, guru/dosen yang curang dengan sering datang terlambat untuk mengajar, mengubah nilai supaya bisa masuk sekolah favorit, menjiplak skripsi atau tesis, nyuap untuk jadi pegawai negeri atau nyuap untuk naik pangkat sehingga ada kenaikan pangkat ala Naga Bonar.</span></div><div align="justify"><span style="font-family: arial; font-size: x-small;">Di pendidikan tingkat menengah sampai dasar, sama parahnya, setiap awal tahun ajaran baru. Para orang tua murid sibuk mengurusi NEM anaknya (untungsnya, NEM sudah tidak dipakai lagi, entah apalagi cara mereka), kalau perlu didongkrak supaya bisa masuk sekolah-sekolah favorit. Kalaupun NEM anaknya rendah, cara yang paling praktis adalah mencari lobby untuk memasukan anaknya ke sekolah yang diinginkan, kalau perlu nyuap. Perilaku para orang tua seperti ini (khususnya kalangan berduit) secara tidak langsung sudah mengajari anak-anak mereka bagaimana melakukan kecurangan dan penipuan. (makanya tidak aneh sekarang ini banyak oknum pejabat jadi penipu dan pembohong rakyat). Dan banyak lagi yang tidak perlu saya sebutkan satu per satu dalam tulisan ini.</span></div><div align="justify"><span style="font-family: arial; font-size: x-small;">Kembali ke pendidikan nasional yang bermoral (yang saya maksud adalah pendidikan yang bisa mencetak generasi muda dari SD sampai PT yang bermoral. Dimana proses pendidikan harus bisa membawa peserta didik kearah kedewasaan, kemandirian dan bertanggung jawab, tahu malu, tidak plin-plan, jujur, santun, berahklak mulia, berbudi pekerti luhur sehingga mereka tidak lagi bergantung kepada keluarga, masyarakat atau bangsa setelah menyelesaikan pendidikannya.Tetapi sebaliknya, mereka bisa membangun bangsa ini dengan kekayaan yang kita miliki dan dihargai didunia internasional. Kalau perlu bangsa ini tidak lagi mengandalkan utang untuk pembangunan. Sehingga negara lain tidak seenaknya mendikte Bangsa ini dalam berbagai bidang kehidupan.</span></div><div align="justify"><span style="font-family: arial; font-size: x-small;">Dengan kata lain, proses transformasi ilmu pengetahuan kepada peserta didik harus dilakukan dengan gaya dan cara yang bermoral pula. Dimana ketika berlangsung proses tranformasi ilmu pengetahuan di SD sampai PT sang pendidik harus memiliki moralitas yang bisa dijadikan panutan oleh peserta didik. Seorang pendidik harus jujur, bertakwa, berahklak mulia, tidak curang, tidak memaksakan kehendak, berperilaku santun, displin, tidak arogan, ada rasa malu, tidak plin plan, berlaku adil dan ramah di dalam kelas, keluarga dan masyarakat. Kalau pendidik mulai dari guru SD sampai PT memiliki sifat-sifat seperti diatas. Negara kita belum tentu morat-marit seperti ini. </span></div><div align="justify"><span style="font-family: arial; font-size: x-small;">Kedua, Perubahan dalam pendidikan nasional jangan hanya terpaku pada perubahan kurikulum, peningkatan anggaran pendidikan, perbaikan fasilitas. Misalkan kurikulum sudah dirubah, anggaran pendidikan sudah ditingkatkan dan fasilitas sudah dilengkapi dan gaji guru/dosen sudah dinaikkan, Namun kalau pendidik (guru atau dosen) dan birokrat pendidikan serta para pembuat kebijakan belum memiliki sifat-sifat seperti diatas, rasanya perubahan-perubahan tersebut akan sia-sia. Implementasi di lapangan akan jauh dari yang diharapkan Dan akibat yang ditimbulkan oleh proses pendidikan pada generasi muda akan sama seperti sekarang ini. Dalam hal ini saya tidak berpretensi menyudutkan guru atau dosen dan birokrat pendidikan serta pembuat kebijakan sebagai penyebab terpuruknya proses pendidikan di Indonesia saat ini. Tapi adanya oknum yang berperilaku menyimpang dan tidak bermoral harus segera mengubah diri sedini mungkin kalau menginginkan generasi seperti diatas. </span></div><div align="justify"><span style="font-family: arial; font-size: x-small;">Selain itu, anggaran pendidikan yang tinggi belum tentu akan mengubah dengan cepat kondisi pendidikan kita saat ini. Malah anggaran yang tinggi akan menimbulkan KKN yang lebih lagi jika tidak ada kontrol yang ketat dan moralitas yang tinggi dari penguna anggaran tersebut. Dengan anggaran sekitar 6% saja KKN sudah merajalela, apalagi 20-25%.</span></div><div align="justify"><span style="font-family: arial; font-size: x-small;">Ketiga, Berlaku adil dan Hilangkan perbedaan. Ketika saya masih di SD dulu, ada beberapa guru saya sangat sering memanggil teman saya maju kedepan untuk mencatat dipapan tulis atau menjawab pertanyaan karena dia pintar dan anak orang kaya. Hal ini juga berlanjut sampai saya kuliah di perguruan tinggi. Yang saya rasakan adalah sedih, rendah diri, iri dan putus asa sehingga timbul pertanyaan mengapa sang guru tidak memangil saya atau yang lain. Apakah hanya yang pintar atau anak orang kaya saja yang pantas mendapat perlakuan seperti itu.? Apakah pendidikan hanya untuk orang yang pintar dan kaya? Dan mengapa saya tidak jadi orang pintar dan kaya seperti teman saya? Bisakah saya jadi orang pintar dengan cara yang demikian?</span></div><div align="justify"><span style="font-family: arial; font-size: x-small;">Dengan contoh yang saya rasakan ini (dan banyak contoh lain yang sebenarnya ingin saya ungkapkan), saya ingin memberikan gambaran bahwa pendidikan nasional kita telah berlaku tidak adil dan membuat perbedaan diantara peserta didik. Sehingga generasi muda kita secara tidak langsung sudah diajari bagaimana berlaku tidak adil dan membuat perbedaan. Jadi, pembukaan kelas unggulan atau kelas akselerasi hanya akan membuat kesenjangan sosial diantara peserta didik, orang tua dan masyarakat. Yang masuk di kelas unggulan belum tentu memang unggul, tetapi ada juga yang diunggul-unggulkan karena KKN. Yang tidak masuk kelas unggulan belum tentu karena tidak unggul otaknya tapi karena dananya tidak unggul. Begitu juga kelas akselerasi, yang sibuk bukan peserta didik, tapi para orang tua mereka mencari jalan bagaimana supaya anaknya bisa masuk kelas tersebut. </span></div><div align="justify"><span style="font-family: arial; font-size: x-small;">Kalau mau membuat perbedaan, buatlah perbedaan yang bisa menumbuhkan peserta didik yang mandiri, bermoral. dewasa dan bertanggungjawab. Jangan hanya mengadopsi sistem bangsa lain yang belum tentu cocok dengan karakter bangsa kita. Karena itu, pembukaan kelas unggulan dan akselerasi perlu ditinjau kembali kalau perlu hilangkan saja. </span></div><div align="justify"><span style="font-family: arial; font-size: x-small;">Contoh lain lagi , seorang dosen marah-marah karena beberapa mahasiswa tidak membawa kamus. Padahal Dia sendiri tidak pernah membawa kamus ke kelas. Dan seorang siswa yang pernah belajar dengan saya datang dengan menangis memberitahu bahwa nilai Bahasa Inggrisnya 6 yang seharusnya 9. Karena dia sering protes pada guru ketika belajar dan tidak ikut les dirumah guru tersebut. Inikan! contoh paling sederhana bahwa pendidikan nasional kita belum mengajarkan bagaimana berlaku adil dan menghilangkan Perbedaan. </span></div><div align="justify"><span style="font-family: arial; font-size: x-small;">PEJABAT HARUS SEGERA BERBENAH DIRI DAN MENGUBAH PERILAKU<br />Kalau kita menginginkan generasi penerus yang bermoral, jujur, berakhlak mulia, berbudi pekerti luhur, berperilaku santun, bermoral, tahu malu dan tidak arogan serta mementingkan kepentingan bangsa bukan pribadi atau kelompok. Maka semua pejabat yang memegang jabatan baik legislative, ekskutif maupun yudikatif harus berbenah diri dan memberi contoh dulu bagaimana jujur, berakhlak mulia, berbudi pekerti luhur, berperilaku santun, bermoral, tahu malu dan tidak arogan serta mementingkan kepentingan bangsa bukan pribadi atau kelompok kepada generasi muda mulai saat ini.</span></div><div align="justify"><span style="font-family: arial; font-size: x-small;">Karena mereka semua adalah orang-orang yang berpendidikan dan tidak sedikit pejabat yang bergelar Prof. Dr. (bukan gelar yang dibeli obral). Mereka harus membuktikan bahwa mereka adalah hasil dari sistim pendidikan nasional selama ini. Jadi kalau mereka terbukti salah melakukan korupsi, kolusi dan nepotisme, jangan cari alasan untuk menghindar. Tunjukan bahwa mereka orang yang berpendidikan , bermoral dan taat hukum. Jangan bohong dan curang. Apabila tetap mereka lakukan, sama saja secara tidak langsung mereka (pejabat) sudah memberikan contoh kepada generasi penerus bahwa pendidikan tinggi bukan jaminan orang untuk jujur, berakhlak mulia, berbudi pekerti luhur, berprilaku santun, bermoral, tahu malu dan tidak arogan serta mementingkan kepentingan bangsa bukan pribadi atau kelompok. Jadi jangan salahkan jika generasi mudah saat ini meniru apa yang mereka (pejabat) telah lakukan . Karena mereka telah merasakan, melihat dan mengalami yang telah pejabat lakukan terhadap bangsa ini.</span></div><div align="justify"><span style="font-family: arial; font-size: x-small;">Selanjutnya, semua pejabat di negara ini mulai saat ini harus bertanggungjawab dan konsisten dengan ucapannya kepada rakyat. Karena rakyat menaruh kepercayaan terhadap mereka mau dibawah kemana negara ini kedepan. Namun perilaku pejabat kita, lain dulu lain sekarang. Sebelum diangkat jadi pejabat mereka umbar janji kepada rakyat, nanti begini, nanti begitu. Pokoknya semuanya mendukung kepentingan rakyat. Dan setelah diangkat, lain lagi perbuatannya. Contoh sederhana, kita sering melihat di TV ruangan rapat anggota DPR (DPRD) banyak yang kosong atau ada yang tidur-tiduran. Sedih juga melihatnya. Padahal mereka sudah digaji, bagaimana mau memperjuangkan kepentingan rakyat. Kalau ke kantor hanya untuk tidur atau tidak datang sama sekali. Atau ada pengumuman di Koran, radio atau TV tidak ada kenaikan BBM, TDL atau tariff air minum. Tapi beberapa minggu atau bulan berikutnya, tiba-tiba naik dengan alasan tertentu. Jadi jangan salahkan mahasiswa atau rakyat demonstrasi dengan mengeluarkan kata-kata atau perilaku yang kurang etis terhadap pejabat. Karena pejabat itu sendiri tidak konsisten. Padahal pejabat tersebut seorang yang bergelar S2 atau bahkan Prof. Dr. Inikah orang-orang yang dihasilkan oleh pendidikan nasional kita selama ini?</span></div><div align="justify"><span style="font-family: arial; font-size: x-small;">Harapan<br />Dengan demikian, apabila kita ingin mencetak generasi penerus yang mandiri, bermoral, dewasa dan bertanggung jawab. Konsekwensinya, Semua yang terlibat dalam dunia pendidikan Indonesia harus mampu memberikan suri tauladan yang bisa jadi panutan generasi muda. jangan hanya menuntut generasi muda untuk berperilaku jujur, berakhlak mulia, berbudi pekerti luhur, berprilaku santun, bermoral, tahu malu dan tidak arogan serta mementingkan kepentingan bangsa bukan pribadi atau kelompok. </span></div><div align="justify"><span style="font-family: arial; font-size: x-small;">Tapi para pemimpin bangsa ini tidak melakukannya. Maka harapan tinggal harapan saja. Karena itu, mulai sekarang, semua pejabat mulai dari level tertinggi hingga terendah di legislative, eksekutif dan yudikatif harus segera menghentikan segala bentuk petualangan mereka yang hanya ingin mengejar kepentingan pribadi atau kelompok sesaat dengan mengorbankan kepentingan negara. Sehingga generasi muda Indonesia memiliki panutan-panutan yang bisa diandalkan untuk membangun bangsa ini kedepan.</span></div><div align="justify"><br /></div><div align="justify"><span style="font-family: arial; font-size: x-small;"><b>Artikel oleh : </b></span></div><div align="justify"><span style="font-family: arial; font-size: x-small;"><b>Amirul Mukminin<br />Staf Pengajar UPT - Kebahasaan UNJA /ASM Jambi,<br />Manejer LPK Bahasa Inggris -MEC di Jambi</b></span><br /><br /><span style="font-family: arial; font-size: x-small;"><b>ref : </b><i>http://re-searchengines.com/amukminin.html</i><b> </b></span><span style="font-family: arial; font-size: x-small;"><b> </b></span></div><div class="blogger-post-footer"><img width='1' height='1' src='https://blogger.googleusercontent.com/tracker/1741348697572000579-3299313450165415604?l=elfuaidatul.blogspot.com' alt='' /></div>aidahttp://www.blogger.com/profile/00297873938804518609noreply@blogger.com0